Angin malam berhembus pelan dari hutan di sekitar desa, membawa bau tanah basah dan udara lembap. Desa-desa yang telah lama hilang dari pengawasan manusia, yang tidak ditemukan dalam peta. Rumah-rumah di desa kecil ini terbengkalai, dengan dinding mengelupas dan jendela yang terlihat retak. Tidak ada yang tahu siapa yang tinggal di sana, atau mengapa mereka memilih untuk terisolasi dari orang lain.
Desa itu hanya memiliki satu jalan, dan itu hampir tidak pernah digunakan. Ada sesuatu yang aneh terjadi setiap kali seseorang mencoba mendekatinya. Mereka yang datang tidak pernah kembali, atau jika mereka kembali, mereka berubah menjadi bayangan dari diri mereka yang dulu. Rian, seorang pemuda yang penasaran dengan legenda desa itu, sering mendengarnya.
Rian dan dua teman dekatnya, Tika dan Deni, memutuskan untuk mengeksplorasi desa yang dikenal sebagai "Desa Terlarang".
Mereka telah mendengar cerita aneh dari mereka yang mencoba melintasi jalan itu, tetapi tidak ada yang tahu apa yang terjadi di dalam desa. Mereka percaya bahwa itu hanyalah kisah dongeng, dan mereka bertiga merasa cukup berani untuk menghadapi masalah itu.
Segera setelah mereka tiba di tepi desa itu, mereka menemukan tempat yang tenang. Tidak ada suara angin atau jangkrik, hanya kegelapan yang mencekam. Rerumputan liar yang tumbuh tinggi menutupi hampir seluruh permukaan jalan setapak yang mengarah ke pusat desa. Meskipun ada rasa takut yang mulai menyelimuti, mereka melangkah masuk dengan hati-hati.
"Kenapa rasanya seperti ada yang mengawasi kita?" berbisik Tika, matanya cemas melirik ke sekitar.
"Aku juga merasakannya. Tapi kita harus terus maju. Kita sudah sampai sini, kan?" Ian mengangguk pelan."
Mereka terus berjalan ke desa yang semakin gelap. Meskipun tidak ada angin, bayang-bayang pohon-pohon yang tinggi tampak bergerak perlahan. Lampu-lampu dari senter mereka hanya menyinari sebagian kecil dari lingkungan sekitar.
Tidak lama kemudian, mereka melewati rumah tua yang tampaknya merupakan rumah terbesar di desa itu.
Sebuah papan kayu di depan rumah ditulis dengan tangan kasar, "Jangan Kembali."
"Ini... ini bukan hanya legenda, kan?" tanya Tika sambil memegang tangan Rian. Ada sesuatu yang tidak beres di sini.
Kita sudah datang sejauh ini, kata Rian dengan curiga. Tidak peduli apa yang terjadi, kita harus mengetahuinya.
Pintu depan rumah tertutup sendiri saat mereka masuk. Debu membanjiri ruangan, dan bayangan halus terlihat di sudut-sudut, seolah ada yang mengintai mereka. Di dinding tergantung lukisan-lukisan tua yang memudar, yang menampilkan wajah orang-orang yang pernah tinggal di sana.
Deni berjalan ke salah satu lukisan, yang menampilkan seorang pria dengan mata kosong menatap ke arahnya.
Dia berkata dengan suara serak, "Lihat mata ini," dan bertanya, "Apa yang salah dengan mata mereka?"
"Jangan terlalu lama mengamati lukisan itu, Deni. Ada yang tidak beres," kata Tika sambil menyentuh bahu Deni.
Suara langkah kaki dari lantai atas tiba-tiba terdengar. Seperti berjalan pelan dan berat. Suara langkah semakin jelas terdengar, meskipun mereka percaya bahwa tidak ada orang lain di rumah itu.
"Kita harus pergi. Sekarang juga," bisik Rian.
Mereka berbalik, tetapi pintu yang mereka lewati sebelumnya sudah rapat tertutup. Sepertinya ada kekuatan yang menahan mereka di dalam rumah. Suara langkah yang datang dari lantai atas semakin dekat, seolah-olah seseorang turun ke bawah.
Rian dengan suara gemetar berteriak, "Siapa di sana?"
Dengan kulit yang mengeriput seperti pohon tua, pria tua yang tinggi dan kurus tiba-tiba muncul dari atas tangga. Matanya kosong, dan di dalamnya tidak ada jiwa; itu hanya kegelapan yang tak terlukiskan. Pria itu menatap mereka dan mendekat tanpa kata-kata.
"Rian, apa yang harus kita lakukan?" Tika terpekik.
Karena sangat takut, Rian mencoba membuka pintu belakang rumah. Pintunya ternyata tertutup. Pria tua itu sudah berada di depan mereka saat dia menoleh lagi. Pria itu mengangkat tangannya, dan langit di luar rumah seketika menjadi gelap gulita.
Semua suara yang mereka dengar lenyap. Keheningan yang mencekam menyelimuti, lebih dalam daripada sebelumnya. Akhirnya, pria tua itu membuka mulutnya, dan suara yang sangat pelan, "Kalian tidak boleh berada di sini. Kalian telah datang pada malam terakhir."
Rian bertanya, suaranya hampir tidak terdengar, "Apakah maksudmu?"
Desa ini dipilih untuk hilang. Dengan suara yang menggema, seolah berasal dari kedalaman bumi, pria itu berkata, "Kalian adalah yang terakhir yang bisa menyaksikan kepergiannya."
Rian berlari menuju pintu belakang, yang kali ini terbuka sendiri.
Mereka berlari secepat kilat untuk menjauh dari desa yang semakin gelap itu.
Mereka berbalik sekali lagi ketika mereka tiba di jalan utama desa. Desa itu tampak jauh lebih tenang dan tidak ada orang di sana dari sebelumnya. Pagi mulai menyingsing, tetapi tidak ada tanda-tanda bahwa ada orang di sana. Semalam, desa itu terlihat hidup dan menakutkan.
Namun, ketika mereka kembali ke dunia luar, mereka merasa sesuatu mengikuti mereka. Itu mungkin bayangan, atau mungkin kenangan dari malam terakhir mereka di Desa Terlarang yang tidak dapat dilupakan.
Meskipun demikian, satu hal yang pasti adalah mereka tidak akan pernah kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar